Senin, 31 Maret 2008

Bergaya




Menyempatkan waktu untuk kabur dari sekre dan mejeng di jembatan Jurug. Orang-orang yang lewat pikir kita lebay, tapi kita enjoy aja. Dan inilah seksi sekretariatan dalam gelapnya Jurug!

Dan tugas itu berakhir!


Menjemukan juga dua hari berkutat pada tugas. Selama itu pula aku tidak tidur (lebay, padahal tidur dua jam... Semuanya berjalan begitu lambat. Bukan karena tugas yang diberikan membutuhkan waktu pengerjaan yang lama, Akulah yang membuat semuanya lemot,ya, karena aku sendiri orangnya lemot. Bahkan disaat ada beberapa orang baik yang mau meminjamkan laptopnya kepadaku. Lho? Kok bisa?

Bisa dong..Sifatku yang selalu ingin tahu hal yang baru, membuat masa kebaikhatian mereka aku pergunakan untuk menyambagi habis isi laptop mereka. Ya! Menjelajahi laman demi laman demi memuaskan hasrat ngathilku

Sembilan jam alokasi waktu mengerjakan tugas, hanya kumanfaatkan sepanjang 2 jam untuk mengetik. Dan... dua hari pengerjaan tidak terlalu berlebihan buatku.

Ada kisah menarik pada hari kedua pengerjaan. Apabila pada setiap kemoloran mengerjakan tugas musik adalah alasan tepat untuk menjawabnya, pada hari kemarin aku bertekad meninggalkan musik untuk sementara. Aneh bin uniknya, entah mengapa aku memilih mendengarkan ayat-ayat Cinta (Al Quran pastinya)untuk mengiringi pengerjaanku malam itu. Keputusan itu tanpa dasar kuat atau mungkin bagiku tidak terlalu kuat, hanya terlintas dalam benakku, "Allah akan meridhoi pengerjaanku malam ini bila aku membuat Allah ridho". Bukan aku mengesampingkan pernyataan otakku sebagai suatu pikiran dangkal, atau mendangkalkan "kerja" Allah atas diriku, maksudku aku hanya ingin mengerjakan tugas dengan lebih cepat dari biasanya, lebih konsisten dalam pengerjaannya, dan lebih menghargai waktu yang ada. Dan aku yakin, Allah akan membuka jalan bagiku.

Aneh bin ajaib, entah aku tersugesti(pikiranku yang sok barat: materialisme),atau memang Allah selalu baik pada aku yang kerap berselingkuh pada selain-Nya, malam itu tidak seperti biasanya, aku terjaga bugar! Alunan ayat Cinta membuat otakku rileks. Terjaga, seakan mengunci rasa kantukku sebatas badan. Otakku juga mau kuajak kompromi. Fokus pada masalah yang ada, sembari tanganku taak berhenti mengetik. Sumpah, aku belum pernah mengerjakan tugas dengan ritme seenjoy ini.Maaf, aku tidak tahu surat apa saja yang kudengarkan, yang jelas, suasana pikiran dan hati totally change!

Dengan waktu empat jam, aku mampu memyelesaikan tugas, dari 14 lembar menjadi 34 lembar!! Dan itu aku kerjakan hanya dalam waktu empat jam saja. Empat jam dalam mencurahkan kesoktahuanku tentang Manajemen Strategik-tugasku kali ini. Copy Paste mah mudah, tapi aku tidak melakukannya kali ini!Puassss banget!

Subhanallah!
Ternyata Allah tidak akan pernah meninggalkaan umatnya-sebejat apapun dia-apabila sang umat mau mendekat pada-Nya. Karena pada dasarnya kita memiliki sifat Ilahiah, yang dengan dermawannya Allah berikan. Hanya jiwa kita yang rapuh terombang-ambing pada bentuk penyimpangan terhadap keridhoan Allah.

Ah, itu pendapatku. Sensasi orang berbeda-beda terhadap suatu stimulus. Aku nggak dakwah lho. Aku cuma mengatakan yang aku rasakan. Dan itu sangat dalam. Terlalu dalam untuk dimengerti oleh orang yang tidak percaya atau menyekutukan Nya secara terang-terangan.

Selasa, 25 Maret 2008

Citraan Saya Lho !!!!!





"Foto ini mungkin bisa menggenapi dan mengamini rasa kesoktahuan anda terhadap cara berpikir saya, gejala psikologis dalam diri saya,dan bagaimana saya SEHARUSNYA. Biarkan anda lepas terbahak karena puas melihat sosok saya yang sesuai dengan penggambaran konsep anda tentang saya(saya tidak mengatakan seluruh pemahaman anda sepenuhnya salah),Silakan berkomentar, menasehati saya(saya yakin seharusnya nasehat itu TIDAK memaksakan kehendak, apalagi berusaha menghakimi secara tegas SALAH-BENAR, BAIK-BURUK, RUPAWAN-BURUK RUPA).Anggaplah anda benar memposisikan saya dalam hierarkis manusia dalam hubungannya dengan anda. Anggaplah anda cukup cerdas untuk mantap menganalisis saya, bahkan memformulasikan solusi untuk saya. Tertawalah, semoga citra ini menjadi pupuk artifisial yang menyuburkan prasangka anda tentang saya SEBENARNYA, sebaliknya suatu saat saya akan tertawa melihat anda yang makin yakin tentang konsep diri saya, Terimakasih "

nb: Foto ini tidak ditujukan bagi anda yang mau bergaul dengan saya sebagai suatu kebutuhan batin, yang mau menempatkan saya sebagai manusia-layaknya anda sendiri, yang tidak memainkan otaknya demi sebuah kesimpulan penuh praduga terhadap diri saya. Namum bagaimanapun, bentuk komentar anda sanga tsaya hargai.

Suzzannaku Sayang 1


Banyak teman yang heran, mengapa Agip yang terkesan serius sampai tega menempatkan Suzzanna Si Ratu Horror masuk jajaran idolanya.Huh, menempatkan sosok unik itu bukan tanpa alasan.Aktris watak(kalau boleh aku menyebutnya demikian)yang bernama asli Susanna Martha Frederika van Ooscth ini tidak hanya dikenal sebagai kampiun pelakon tokoh absurd dari alam lain, tetapi juga sebagai bom seks perfilman nasional era 70an. Sori, detilnya film apa saja mohon cari sendiri ya...hehehe

Awal aku mampu menggunakan pikiranku menanggapi akting Suzzanna, Aku menangkap bahwa secara gestur,ia terkesan dingin, tatapan kosong,ucapan yang nampaknya persis skrip skenario, polos, seperti aktris yang baru belajar akting.Itu saat awal, dimana film Suzzanna yang menjadi santapanku masih 'pemula', semisal Ratu Pantai Selatan, Ampun deh...ia seperti menjadi manekin cantik misterius yang didandani sedemikian rupa, dengan porsi dialog dan eksplorasi akting yang minim. Tetapi setelah film-film nya mulai merajai blocking acara siang satsiun televisi swasta tanah air, baru ketahuan deh, gimana usaha bintang ini mewujudkan nuansa mistis dengan sensualitas dan keencerannya menyesuaikan diri dengan karakter.

Coba perhatikan aktingnya dalam film Sundel Bolong. Akting dinginnya bukan karena kebegoannya berlakon. Sebaliknya, tokoh Sundel Bolong terkesan lebih hidup(ada kata lain yang lebih tepat?)dengan kepelitannya berkata-kata, berakting secara gerak. Kesan keminiman yang menancap di bagian otak logisku mendadak disadarkan perasaanku, "Gip, justru itulah akting yang berhasil!"

Bandingkan pula ketika ia memainkan peran dalam Siluman Buaya Putih. Ia dibebani porsi bertutur lebih banyak. Luar biasa! Keren, akting "serba mendadak berubah, dingin, antiklimaks" mendadak berganti menjadi akting yang lebih membumi(walau Suzzanna berperan sebagai makhluk gaib juga) Nyi Blorong berbeda dengan bangsa lelembut lain. Secara fisik, ia adalah seorang putri Ratu Kidul yang cantik, namun berambut ular. Yah, masih lumayan manusiawi dibandingkan dengan Sundel Bolong, Kartika,dan Kuntilanak. Atau, bandingkan dengan Suzzanna sebagai seorang ibu sempurna dalam Malam Satu Suro. Dapet banget. Apalagi kalau pikiran kita belum teracuni oleh bayangan Suzzanna sebagai sosok hantu. Kontrasnya lagi, simak kebinalan Suzzanna sebagai pelacur, Tukang Jamu genit, Gadis pemalu penuh rasa ingin tahu termasuk soal seks, Delilah yang setia. Sungguh beruntung mereka yang pernah menonton film panas Suzzanna. Walau untuk hal-hal yang vulgar diperankan pemain pengganti, kecerdasan akting Suzzanna dapat aku rasakan melalui kata-katanya yang sangat khas mendekat sosio-kultural tokoh (ingat, ini bukan hanya sepicik masalah logat), bahasa tubuh yang menunjukkan penyatuan diri Suzzanna dengan sang peran, semua tampil manis diramu dengan modal anugerah yang Suzzanna dapat: Tubuh bahenol. padat, berisi, putih mulus, agak kebule-bulean.

Parahnya, kegilaanku pada Suzzanna makin miring sejak aku tahu bahwa kebiasaan hidup eyang ini yang unik, aneh bagi sebagian orang. Kebanyakan memang terkesan horror. Ambil contoh, menyantap bunga Melati agar awet muda(coba deh lihat wajah mulus kencangnya, karena bunga Melati?), Menyiapkan peti mati dan liang lahat, dan aksesoris kematian baginya jauh hari(untuk liang lahat biasa, tapi aksesori kematian? Sebegitu siapkah ia menghadapinya?,Meditasi dan Yoga(Biasa sih),Berdandan a la ratu tanah Jawa (semua pasti sudah tahu)

Hal paling ajaib yang aku tahu dari dirinya adalah kembali menstruasinya Suzzanna di usia kepala 6nya. Apa-apaan coba??

Tidak aku pungkiri, kegemaranku pada hal-hal unik menjadi jadi, Terutama setelah aku hijrah dari kampung menuju Surakarta yang arus informasi dan konfigurasi informasinya melimpah.

Bukan cuma Suzzanna, melainkan juga musik, pakaian, kebiasaan, dan tentu cara bertindak. Memang itu yang selama ini membuka jarak antara aku dan tradisi manusia pada generalnya. Selama aku menikmatinya, mengapa tidak? Itulah egoku. Apa kabar keinginan 'bermasyarakat'?? Aku tidak mau menjawabnya sekarang, sebab aku sedang bertindak dengan asa yang membara.Domplengan asa ini makin menyulitkanku masuk ranah itu, namun sekaligus ia menjadi candu yang akut kunikmati bersama perasaan bersalah dan kebencian pada diriku sendiri. Sangat terlalu nikmat untuk aku redam, ah, aku belum bisa menarik suatu solusi. Solusi yang nggak sekadar muncul dari kesoktahuan, kemunafikan, pemaafan diri, atau area kritis otak yang belum terbukti, Namun banyak solusi yang benar-benar solutif. Sambil jalan lah. Aku juga bertindak kok. Semoga ku dapatkan. Salah satu titik terangnya, ya yang aku tulis di blog ini beberapa wakyu silam.

Suzzanna, tokoh idola yang terkuak dari pikiran yang senantiasa mencari kepuasan.

Jumat, 21 Maret 2008

Rinai Hujan Kesabaran

Huh, menyebalkan. Sebenarnya bukan teks ini yang hendak aku tulis. Karakter text posting blog di hp bapakku cuma 450! Maka, aku berusaha memepatkannya:

Sekarang aku berada di perhelatan nikah saudara. Selepas sholat Jumat, aku dan bapak langsung menuju tempat acara. Jarak memang lumayan jauh.

Hujan menyambut kami menjelang sampai. Betapa kuyupnya kami, disambut tuan rumah dan tetamu yang rapi jali.
Oh, kami pun menata hati dan pakaian.

Kamis, 20 Maret 2008

Sedikit Kata

Maaf bila tidak tersedia kekumalan hari ini,

Maaf bila aku tak menampilkan sosok aku yang mudah kalian jauhi

Maaf bila saat ini aku malas menjadi Mr.Dilligent

Maaf kalau aku memaksa kalian memposisikan ulang aku dalam pikiran kalian

Maaf kalau kalian kelak tak bisa menyembunyikan image di hadapanku

Maaf jika ke-eneg-an kalian padaku tidak berlanjut

Yang pasti, kalian tidak akan menolak kan, bila aku menjadi diriku yang lebih ramah pada alam kontemporer?

Tenang, aku takkan memperkosa isi jiwa kalian.

Yang aku inginkan hanya sedikit pengakuan akan keberadaanku.

Merehatkan sejenak egoisme diri.

Cuma itu saja kok, tidak lebih.

Walau dalam istirahatnya, egoku terus berontak

Ah, aku belum bisa membendung egoku sendiri.

Sabar, wahai kawan. Aku sendiri tidak nyaman dengan diriku sendiri.

Diriku yang selalu merentang jarak dengan kalian, oh dunia.

Ku harap, langkahku takkan memperbudak isi kepalaku.

Semoga takkan pernah!
TAK AKAN PERNAH!

Di WC Ini

Di balik segala ekses yang diakibatkan penciptaan, difusi, dan pemakaian teknologi yang makin mutakhir makin menempatkan manusia layaknya hewan di kebun binatang-menyediakan segala kenyamanan dan kebutuhan si empunya kandang-, teknologi tetap dapat dikatakan berhasil memanusiakan manusia sebagai makhluk yang fleksibel, mampu mensetting kondisi sesuai derajat kebutuhan dan kepentingan, dan memuaskan keegoan demi kesenangan diri. Aku merasakan manfaat itu sekarang. Dengan modal hp boleh pinjam adik, bertempat di WC rumah paling nyaman, aku mengetik draft untuk blog ini, yang sedang kalian baca. Biaya pun jauh lebih murah. Aplikasi Opera Mini download-an gratis adikku tadi malam, berhasil membuka laman ini(yang apabila diset tanpa tampilan gambar hanya mengunduh 21kb saja. Biaya? Mau dibuka dan dipanjer seharian pun tetap Rp.200,00.
Oh, teknologi telah memanjakanku! Buang hajat pun terasa berkesan. Sambil duduk, otak tetap jalan. Download macam-macam aplikasi, laman web, ngisi milis, tukar pendapat dengan orang Malaysia yang bila beralasan kurang konket, dan membaca bualan Pinoy-orang Filipina-tentang negaranya yang diaku memproduksi manusia paling jelita sejagad raya, penyanyinya-menurutku bersuara bagus, tetapi karakter vokal tipis, mirip-mirip, analogiku seperti penyanyi India yang melantunkan lagu memakai suara hidung, sulit dibedakan-yang
diaku sebagai penyanyi terbaik di dunia.

Hahaha, dari WC nyaman ini aku mendapatkan semua, Sayang konten gambar sengaja tak ditampilkan, tapi okelah, visualisasi kadang membuat aku melupakan logika. Mengirit daya otakku. Melemahkan daya menulisku. Lain kata, aku memusatkan otakku untuk memahami lewat membaca. Satu kemampuan manusia yang aku gunakan menjelang ujian thok.
Ah, aku lalai! Tujuan aku kemari sudah paripurna. Saatnya keluar dengan raut gembira!

YuuuHuuu...!
Aku dapat lagu baru!

Rabu, 19 Maret 2008

Awal Tekabulnya Doaku? Amin!

Dua hari yang lalu, aku mendapatkan sensasi luar biasa! Beginikah rasanya dibutuhkan orang? Dianggap bagian dari komunitas mereka? Hari itu untuk pertama kalinya aku tidak makan hati!
Aku merasa nyaman untuk membuka sisi lainku, menjadi Agip yang tidak terduga banyak orang. Menjadi aku yang ceria,gila,menggelinjang,tanpa batas,tanpa ada yang membatasi. Seolah aku menjadi sosok baru dihadapan mereka, dan mereka tak sungkan lagi mendekatiku...Luar biasa hebat respon jiwa ini..

Sebenarnya dua hari yang lalu berjalan seperti biasa, tiada gejolak spesial. Namun ritme dinamis yang ada sangat berbeda bagiku. Tak akan kuceritakan detail. Bercerita detail hanya akan meredam reaksi kimia bahagia di otak, dan aku masih ingin berlama-lama menyelam di kebahagiaan ini!

Lantas, konkretnya apa, gip? Oke-oke, kubagi kebahagiaan ini!

Dunia sedang bermurah hati! Agip yang aneh dan jelek, mendadak menjadi 'teman hangat' suatu komunitas. Agip yang sejak dahulu berusaha agar diterima,(sepertinya-semoga-AMIN)telah menemukan jurus jitu mendapat kawan! Caranya? Menampilkan sisi Agip yang slapstick, riang, hiperbol, paradoks! Aku seperti mengembara ke planet yang asing dalam semesta otakku. Meraba diri sendiri, dan aku menemukan banyak harta di planet itu! Hahaha! Kekayaan yang selama ini tidak aku ketahui, apalagi kumengerti. Harta inilah yang ternyata-minimal hari itu-membuat orang lain tangkas mendekat padaku. Mulai terbuka padaku, mencandaiku, lebih liar padaku. Dan jelas aku suka itu! Aku tidak perlu bersusah payah memaksakan diri menjadi sosok lain, karena sosok lain itu bersemayam dalam diriku. Sosok yang ternyata sisi liar-nakalku.

Terimakasih pada Tuhanku, semenjak aku berani menulis, termasuk di blog ini, tentang aku, segala ketidaknyamananku, aku lebih bisa memetakan diri. Menulis ternyata mengkonkretkan aku. 'Memvisualkan' aku dalam pandanganku!

Hingga dua hari ini, Alhamdulillah Ya Gusti, dua orang yang tak pernah mempedulikan keberadaanku, tanpa dinyana menyapa dan bertanya tentangku kepadaku!!!
Semoga ini awal yang membangunkanku ke pagi indah, dimana ada teman-teman yang sudah menungguku untuk berlari
menyambut surya harapan! Amin, ya Gusti, Amin!

Minggu, 16 Maret 2008

Retell Pendekku tentang Malena



Minggu sore ini ternyata tidak sejenuh yang aku sangka. Tidak salah aku beralih tujuan, sehabis mengisi perutku yang sejak malam kemarin kosong- pulang ke kamar kosku yang busuk namun cukup nyaman untuk merenda mimpi atau ke sekre tercinta, rumah ketigaku: LPM Kentingan. Bukan pilihan yang sulit untuk beralih arah, karena aku tidak akan pernah bisa membidik keputusan yang terbaik. Keputusan yang terbaik menurutku adalah keputusan tanpa prejudis. Mengalir, namun berhaluan. Pertimbangan menyela sejauh kemungkinan bermanfaat yang kelak aku raih. Yap, aku melangkah ke markas hura-hura tanpa sok berspekulasi.
***
Malam kemarin, teman-teman sekreku(teman dalam definisi Indonesia, namun aku sangat nyaman!) mengajakku untuk menonton film bersama. Bukan film bokep yang menyegarkan berahi namun menumpulkan iman, Namun film-film peraih Oscar. Pikirku kenapa harus malam ini? Aku yang egois lebih memilih main posting di blog ini. Kembali ke keputusan tanpa prejudis, aku meninggalkan mereka yang sumringah setelah mendapatkan film-film yang dicari. Aku tidak peduli. Say bye, lalu sendiri menembus malam minggu yang membosankan.
***
Jam 2 hingga jam 8 di sekre tak perlu kuceritakan di blog ini. Biar buku curhat sekre yang kumandati untuk tahu. Aku berpikir untuk menonton film yang kemarin dipinjam. Turtles Can Fly, Ghost, dan Malena. Pilihan begitu mudahnya berpihak pada Malena. Seperti biasa, tampilan luar selalu menggiurkan bagiku untuk dipilih-terbukti aku manusia biasa yang juga dimandori oleh selera- Paras ayu, yang ternyata Monica Bellucci, menggodaku untuk segera memutar piringan VCD.

Film semi natural yang bersetting di Sisilia, Italia; Seorang anak menjelang baliq bernama Renato, terjebak dalam rasa suka pada seorang wanita bernama Magdalena-selanjutnya dikenal dengan Malena- yang ditinggal suaminya (Neno), berperang di Afrika Utara. Kecantikan wanita ini menjadikan setiap pria baik remaja, dewasa, ataupun yang sudah beristri menginginkannya. Berkebalikan dengan para prianya, kaum wanita Castelcuto cemburu, iri, dan berprasangka bahwa Malena Scordia yang cantik tidak setia semenjak kepergian suaminya. Prasangka yang berlebih awalnya hanya dijalani Malena dengan kecuekan. Setiap hari, dalam perjalananya menuju rumah sang ayah, ia selalu menjadi pusat perhatian dan diperbincangkan. Dan ia terus melenggang dengan tatapan lurus. Rasa suka Renato yang menjadi-jadi. Hali itu dibuktikannya dengan jalan menguntit setiap perbuatan Malena. Hingga tiba suatu saat, dikabarkan bahwa suami Malena tewas di medan perang. Semenjak itun pula prasangka dan pelecehan "sopan" membesar. Dan Malena tetap pada ketidak peduliannya. Malena kesepian. Suatu malam, rumahnya dikunjungi seorang pria-aku lupa siapa-dan Malena memuaskan hasrat terpendamnya. Saat keluar rumah, Seorang pria lagi datang dan memberi pukulan. Mereka dalam gelora nafsu pada Malena. Untuk membersihkan namanya (ternyata ia masih memegang imej), Malena menyeret kejadian ini ke pengadilan. Ia yang miskin menyewa pengacara ternama bernama Centrobi. Tentu Centrobi memenangkannya: Malena tetaplah wanita terhormat dalam masa berkabung yang dijadikan rebutan dua orang pria. Malangnya, Centrobi juga mengincar kemolekan tubuh Malena yang nyaris bagai dewi. Malena harus memuaskan nafsu liar sang pengacara tua. Hingga, mereka digosipkan akan menikah. Malena rela tak rela ikut skenario Centrobi. Sayang ibu Centrobi tidak menyetujui. Bahkan seorang wanita tua renta tahu akan gosip kebinalan Malena. Malena kembali sendiri.

Malena yang makin miskin akhirnya memutuskan untuk menjual daya tarik seksnya. Diawali dengan memotong cepak rambut panjang legamnya dan mencat kemerahan, Malena membuat gempar penduduk kota. Celotehan merendahkan makin menjadi-jadi. Hari berikutnya Malena bahkan mengecat rambutnya kembali dengan warna pirang, lalu menjadi pelacur para panglima tinggi Jerman yang saat itu berraja di Sisilia. Hingga saat perang usai, dan tentara Jerman kalah. Satu amarah terpendam yang belum terlampiaskan oleh penduduk (wanita) Castelcuto: Menghakimi Malena. Ia diseret tanpa ampun di plaza kota, ditendang, dijambak, ditampar, dipukul, digunduli. Malena kala itu ibarat anjing buduk. Dalam keadaan terluka parah diusir dari kota. Malena lalu memutuskan berpindah ke Messina.

Aneh bin Ajaib, suami Malena masih hidup! Dengan tangan buntungnya, ia terseok pulang, mencari istrinya yang tersayang. Renato yang menjadi penghubung kisah Malena ini, memberi tahu yang sebenarnya. Setahun berselang, Dan hal tak terduga terjadi. Pasangan Scordia itu pulang! Malena, yang masih tetap cantik dengan semburat keriput, menggandeng sang suami: mantap membelah keramaian kota. Tanpa diduga. Penduduk bersimpati padanya. Malena memang tidak menunjukkan kesetiaanya saat sang suami "gugur", namun bagaimanapun ia adalah seorang wanita yang hanya mencintai satu pria, suaminya. Semua penyerongan yang ia lakukan hanyalah untuk menyambung hidup. Ingat, Malena hanyalah wanita biasa yang butuh kehangatan lelaki, sementara ribuan pria di luar rumahnya rela bertaruh apapun demi mendapatkannya. Malena menjalani hidup barunya sebagai Nyonya Scordia.

Sedikit yang aku tambahkan (waktu sudah menunjukkan pukul 23.01, aku harus pulang, atau pak kos akan menyindirku lagi) cerita ini begitu menarik karena sudut pandang yang digunakan dari mata seorang anak 12 tahun yang tergila-gila pada Malena. Ia ingin melindungi Malena, Menepis segala fitnah yang penduduk kota buat, namun juga terluka saat Malena bercumbu dengan pria-pria yang mengejarnya. Sensasi berbeda aku dapatkan, anak polos yang otaknya dipenuhi fantasi cerita seumurannya, dihiasi oleh lamunan pada Malena yang menggairahkan. Renato menjadi mayoritas pengatur berjalannya alur film ini. Aneh memang, intipan yang selalu menjadi benang merah karakter dan kehidupan suram Malena. Semuanya terajut apik dalam pengisahan Renato saat dewasa.

Maaf postingku hancur. Taraf belajar memang fluktuatif dalam berkarya.
Hoooaaaahhhh..Malam yang MENYENANGKAN!

Sabtu, 15 Maret 2008

Aku dalam Kesendirian


Aku selalu sendiri. Sendiri di dalam sepi, Sendiri di keramaian. Sendiri tak berbatas

Ketika banyak orang mengidamkan sepatu bolanya, pemutih kulit cara terbaru, aku merindukan kehadiran teman

Aku tak pernah merasakan menjadi bagian dari orang lain, yang menjadikan bahagia bagi orang lain, yang dijadikan tempat sampah kesedihan seorang teman

Aku bahagia seandainya ada yang menghajar pinggangku, menghajar karena aku sudah dianggap bagian dari tubuhnya

Aku bahagia seandainya ada yang minta makan siangku, karena makananku dianggap sebagai makan siangnya juga.

Terlalu banyak kisahku yang ingin kubagi

Terlalu sering aku menangis dalam sendiri

Terlalu pahit untuk menjadi aku tanpa seseorangpun

Aku memang menuntut lebih

Menuntut dari apa yang seharusnya manusia seperti aku dapatkan

Teman bukanlah seorang kenalan yang hanya disatukan saat ada motif

Teman bukanlah tempat pelarian

Teman bukanlah ladang yang bisa kau tanami dan kau petik hasilnya

Karena teman adalah ketersalingan


Aku Dalam Underestimate


"Seandainya saya seorang kulit putih,
pasti polisi distrik itu tidak akan menangkap saya"

(Curahan hati seorang pengemudi Yellow Taxi-New York dalam salah satu episode Oprah Winfrey Show)


Akar rasisme masih mengakar pada otak modern makhluk bumi. Termasuk dalam sebuah negara pengusung demokrasi dan HAM nomor wahid. Kekonyolan yang tidak berdasar dalam memperlakukan orang: Prasangka. Tampilan diri adalah citraan yang paling pertama ditangkap indera manusia. Sayangnya, justru yang paling awal pula yang berhasil direspon oleh otak. Tak bisa disangkal, selera menentukan pilihan. Fungsi otak untuk mengambil keputusan menjadi budak nyonya selera. Identikkah dengan lelaki yang selalu menjadi budak wanita? Hmm..tidak percaya? Mengambil contoh istri yang termajinalkan dalam dunia lelaki? Bahkan seorang suami brandal pun-secara visual maupun alam bawah sadar diperbudak oleh wanita. Ambil contoh, si wanita penghibur Matahari. Seorang wanita penghibur peluluh hati pria yang karena kemolekan raganya, secara tidak langsung menjadi mata-mata perang. Ok. Manusia tidak dapat dikatakan manusia yang sepenuhnya cerdas. Manusia yang mengakalkan segala sesuatu dengan murni. Manusia yang selalu mencarim pembenaran atas apa yang telah diludahkan walaupun dirinya tahu pasca bertindak, dirinya salah! Semua karena ego, emosi keakuan.

Tak terkecuali bagi aku-si anak yang membuat orang berpicing. Merasa dipojokkan lewat sudut mata? Atau disepelekan lewat siasat yang cerdik? Aku pernah mengalami itu semua. Saat paradigma manusia terjebak dalam tampilan fisik, sang objek hanya dapat menerimanya dengan pasrah. Mengapa? Prasangka adalah aliran bawah tanah, sebuah arus kuat yang tidak tampak-bukan hal yang bersifat fisik. Sedangkan sebuah perlawanan harus diwujudkan lewat tindakan fisik. Aksi-reaksi harus merupakan besaran yang sejenis. Maka mustahil bagi objek untuk melawan. Sesuai katanya pun objek hanya merupakan hal 'hal yang di...'. Aku hanya bisa berpikir, menganalisis kecil tentang hal yang 'mereka' perbuat padaku.

Hal pertama yang muncul di kepalaku adalah pertanyaan "Mengapa mereka memposisikan aku di tempat yang tidak terjamah keakraban?"Aku hanya berusaha menjadi diriku. Sebagaimana mereka yang berdiri pada jatidiri mereka sendiri. Mereka yang hobi dugem. Mereka yang tidak lepas dari air wudu, mereka yang selalu tersenyum ketika ada komik baru. Dunia berputar cepat. Aku sadar, selera dunia juga terus berubah. Ketika manusia seumurku disuguhi hal-hal baru yang sesuai jiwa muda, terbentuk suatu selera mayoritas yang mereka anggap "keren". Kebalikannya mulai ditinggalkan bahkan dianggap "nggak(banget)". Dan hal dini termudah untuk menginternalisasikan "keren" tersebut adalah dengan imitasi. Aku jelas tidak termasuk golongan "keren". Golongan ini merebut hati manusia kontemporer. Termasuk dalam hal pertemanan. Keakraban sangat mudah diraih. Bahkan sejak pertama bertemu. Ya, tentu kembali lagi selera yang telah termayoritaskan paradigma.

Memang benar aku nggak banget! Dan malangnya aku harus hidup pada golongan yang paradigmanya telah termayoritaskan. Selera yang tergeneralkan. Manusia adalah makhluk sosial. Kata guru SDku terbukti benar. Aku juga butuh teman. Teman yang akrab. Sayangnya, sedikit makhluk ideal itu. Makhluk yang mampu meredam selera, berteman berdasarkan kebutuhan rasa, bukan materi. Teman yang tidak melulu mencari persamaan dirinya denganku, laiknya anak kecil yang mencoba memasang puzzle ke letak yang benar. Aku tertarik saat seorang teman (segelintir) membicarakan tentang arti teman menurut manusia Indonesia dan manusia Srilangka. Indonesia membagi friend menjadi teman dan sahabat. Sedangkan Srilangka mendefinisikan satu teman yaitu mereka yang saling bergantung, saling berbagi, saling memahami, menutupi kekurangan masing-masing, dan intens. Bagi kita, manusia yang disatukan oleh satu forum-kelas mungkin- sudah bisa dianggap sebagai teman. Tidak peduli apakah satu sama lain berinteraksi setiap hari atau hanya berinteraksi saat minta maaf ketiak tersenggol saja.

Aku ingat saat seorang temanku (pengertian Indonesia) berkata padaku pada sebuah kesempatan: "Kalau IP bagus bisa juga bikin karya begini ga?" sambil matanya melirik kepadaku di sela tugasnya membuat rancangan layout mading fotografi. Mereka telah jauh memposisikan aku dengan segala tampilan fisik dan atributku. Mereka menganggap anak gagap nan buruk rupa sepertiku tidak layak mendapat anugerah berupa IP yang-alhamdu lillah-memuaskan. Mereka selalu mencari alasan yang tepat dalam memojokkanku. Bagaimana sebuah IP bagus diraih seorang mahasiswa bergestur idiot. "Ih Agip pasti setiap hari baca buku ya? Belajar terus ya? Apa ga tidur semaleman?Pasti belajar ya? Ih, pasti kamu tahu karena beli koran terus kan? Kamu serius bener, makanya jangan belajar terus.. Sepertinya mustahil bagiku dari sudut pandang mereka untuk aku mendapat IP bagus tanpa BELAJAR. Kenyataanya? Aku jago tidur! Tidak pernah buka buku kecuali malam sebelum ujian. Lagipula buat apa aku belajar kalau soal yang keluar berbentuk pengembangan? Samasekali bukan bentuk hafalan? Masuk akal kan?

Mereka sendiri ingin membuktikan "Aku anak hura-hura loh..Anti belajar .Smart..Cantik..Ganteng..Gaul..Ideal...Intelek..Selerapasar...Kosmopolit..Logis...Mandiri...Interpreneur...Kreatif...Aplikatif...Suka praktek, Sori sori aja kalo suruh makan teori..."

Aku memang belum dewasa, seperti juga mereka. Aku butuh "teman", sebagaimana mereka. Ah, sudahlah. Aku sedang belajar hidup. Aku harus banyak menyesuaikan diri dengan mayoritas. Walau ini teramat sering kulakukan. Mau tak mau. Bukan berarti aku kalah dengan diriku sendiri, Bukan aku belajar menjadi orang lain, aku hanya ingin menjadi bagian dari lingkungan sosialku. Bagaimana aku dapat diterima, menjadi kawan seseorang dari kaum mayoritas, aku masih belum tahu. Yang jelas aku tidak mau memformat ulang otakku! Sekali lagi aku adalah aku!









Kamis, 13 Maret 2008

Bang Bokir dan Imaji Citra


Sejak seminggu lalu kata"bang Bokir" tak lagi asing di telingaku. "Bang Bokir lagi ngapain?" ujar salah seorang temanku, diikuti suara cekikikan panjang. Pikirku, kurang ajar! Mentang-mentang aku lagi horny dengan film Suzzanna. Tetapi mengapa aku diidentikkan dengan sosok tonggos kocak itu ? Atau temenku itu cuma mendasarkan"Mas Agip suka Suzzanna, Tokoh cowok di Film Suzzanna Bokir kecut, kayaknya kocak kalo buat guyonan..." Alasan kedekatan gender dan lucu-lucuan. Perjalanan hidupku mengkonvert aku menjadi sosok yang jauh dari ideal untuk parameter anak muda gaul zaman sekarang. Anak muda yang terjebak pada kenaifan dan idealisme semu-generasi serba ikut-ikutan. Bertingkah dan bergaya laiknya paham akan suatu arus pemikiran, namun kosong dalam makna. Kaya akan simbol, miskin akan arti, Bahkan berani-beraninya mereka memberi pemaknaan sendiri pada suatu simbol. Aku hanya tertawa melihat itu semua. Bukan karena aku iri tidak bisa seperti mereka, tapi aku membayangkan aku ada di posisi mereka. Terperdaya oleh mata, jatuh cinta karena balutan citra, dan meniru. "Ih keren nih gaya". Aku ingat saat sebuah majalah yang mengusung gaya hidup anak muda dengan entengnya memajang etalase wardrobe a la rasta dengan model berkulit mulus, memakai bedak tipis, dan yang bikin aku berkrenyat, harga yang ditawarkan untuk satu potong baju tertulis 'cuma' Rp569.000,00. Wei... bukankah arus pemikiran Rastamania itu pendobrak kemapanan? Anti Kapitalisme dan turunannya?

Temanku yang lain pernah berujar,"Kalo kamu suka, tiru aja, ga peduli kata orang, kamu adalah apa yang kamu pikirkan." Aku adalah aku, pemikiranku adalah hasil olahan otakku dalam merespon yang terserak. Aku bukan orang yang kritis, tetapi aku punya pagar diri yang terbentuk dari prasangkaku pada hal asing. Tidak semudah itu aku memposisikan diri. Apalagi hanya karena imaji kosong. Aku salut pada seorang temanku yang dengan tegas berani konsisten pada pilihan hidupnya. "Aku ga butuh orang lain, aku bisa eksis tanpa apapun kok!".Tentu 'ga butuh' dalam konteks ini adalah cara dia bersikap dan bertindak. And she proves it! Independensinya begitu keliatan saat ada hal yang ga cocok di benaknya, ia berekspesi, mengkritisi, dan bertindak. Nggak asal mengiyakan satir. Diriku? Aku masih mencari di pijakan. Okelah, aku makhluk beragama, Apkah agama berusaha mengkonvertkan segala perbedaan dan keragaman umat Tuhan? Buat apa Tuhan menciptakan kita-manusia-beraneka ragam? Rasul ciptaan-Nya pun punya cara dan tabiat tersendiri dalam mensyiarkan suara Tuhan. Atau lebih baik-kembali lagi-aku adalah aku. Idealismeku adalah Ideologiku.

Aku samasekali tidak keberatan dibilang bang Bokir. Sumpah. Aku malah bisa menggali hal yang bersemayam dalam dirinya, yang sebagian besar orang menganggapnya Nggak banget. Apa yang aneh dengannya? Ia telaten dan total dalam pekerjaannya. Ia menghidupi keluarga dengan caranya. Ia berhasil menggiring khalayak film membeli tiket ke bioskop. Ia rela menanggung malu (ia mengakuinya) menjadi banci dalam film Betty Bencong Menor. Mungkin terlalu banyak makhluk yang memandang Bokir sebagai pelawak kampungan zaman imperium Suzzanna bercokol, tapi tahukah bahwa Bokir bin Dji'un adalah segelintir pelestari intens kesenian topeng Betawi yang hampir punah? Aku sendiri tidak tahu Topeng Betawi seperti apa. Atau zaman sekarang-pasca Bokir wafat-kesenian itu sudah musnah? Sumpah, BOKIR itu KEREN! He worked! He did it!

Aku ingin mengimajikan Bokir sebagai sosok yang keren, aku suka membalikkan persepsi suara mayoritas. Bahwa yang berbeda dengan selera mainstream itu tidak selalu norak!