Sabtu, 10 Mei 2008

Setan

Suatu saat,aku merasa sangat jenuh. Banyak orang yang merasa jenuh ketika telah berada pada titik capaian kerja tertentu. Sedangkan aku? Bergerakpun tidak. Katob tidur sembilan jam, dan dengan enaknya berkata dalam hati: "Aku jenuh!". Bagi aku-si pemalas itu-sungguh tak adil merasa jenuh disaat orang lain merasakan hal sama, tetapi dengan gapaian karya tertentu. Ah, bagaimanapun aku tidak bisa berbohong. Memang rasa itu yang muncul. Seperti biasa, aku mengajak diriku bermonolog. Hanya aku sendiri yang memuaskan tiap pertanyaan dan keganjalan dalam diri. Orang egois hanya bisa dipuaskan lewat prakarsa diri. Dan itu aku. Aku yang optimis bercakap dengan aku yang malas. Saling serang, masing-masing tidak mau kalah. Sudah tabiat sih. Dan seperti biasanya, si malas menang. Wacana si optimis untuk produktif kembali kupendam. Hidup terus berjalan, dan seperti orang primitif, aku menjalani kehidupan harian yang monoton. Mengalir dan selalu menunggu berkah esok hari.
"Obat malas adalah melakukan!" Ujaran seorang kakak tingkat sering melintas di kepala. Aku mencoba, dan SELALU manjur. Masalahnya, untuk selalu melakukan yang sulit. Sebuah bacaan religius (aku tidak menyebut agama lho)menganggap setan telah berkuasa atasku! Waduh, lagi-lagi setan dikambinghitamkan. Berdalil manusia yang hakikatnya suci, manusia senang lepas tangan dengan dosa yang ia perbuat sendiri. "Adampun berdosa karena setan!" Tapi, mengapa kita yang kena getahnya? "Manusia tempatnya salah dan dosa" tukas Dewi Persik. Sebagian orang menganggap setan yang andil menciptakan dosa, sebagian lagi menganggap dosa manusia adalah takdir yang selalu melekat. Sebenarnya dosa itu apa sih? 'Reward' dari Tuhan bagi makhluknya yang ingkar? Atau karya setan yang selayaknya dienyahkan?
Kembali ke masalahku. Malasku kerja setankah? Oh, perlukah aku dirukyah? Diruwat? Disucikan? Karena aku belum pada tahap berhasil menjawab pertanyaanku lewat tindakan, jadi apa hakku? Diplomatis aja lebih aman! Oke, malas salah satu kunci dosa, kalo malasku karena setan, ya beribadah giat dong, Ji! Caranya gimana? Realistis dong bodoh! Kamu tuh dah ditakdirkan malas! Ah siapa bilang? Bukan takdir! Emang mikir solusi ideal tuh gampang! Eksekusinya sulit! Mulailah berpraktek, lupakan keluhan, dan hanya lakukan Jangan beralasan!
Oh,kali ini si malas menang lagi, tapi kayanya masuk akal. Just do it and forgetting all the reasom we have made! Kemenangan kali ini, aku bisa menerima.

2 komentar:

Princess_Kirara mengatakan...

Wkt bc judulnya,q pkir ini tentang pertemuan jenengan dg mbak setan. Eh,tak taunya, tentang Idle Hand,pernah nntn filmny? Q jd g brani malas gara2 lht tu film. 'tangan yg malas adalah taman bermain bagi setan' kira2 bgitu arti dr salah 1 dialognya. Hiy..

diyAH mengatakan...

hei.....
sabar-sabar..............

piye nek filme sesuk ttg setan.....